Dear my Dear
Saling mendatangi dan saling meninggalkan kurasa memang menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia. Kita bertemu, merasa cocok dan memutuskan bersama karena suatu hal. Tapi kemudian kita saling menjauh dan pergi merupakan hal yang tidak bisa aku mengerti. Ahh tidak mungkin sebenarnya aku mengerti kenapa. Kamu adalah angka dalam kalender yang selalu berganti, dinanti dan dispesialkan oleh orang-orang. Sedangkan aku adalah hari yang selalu monoton dan berulang-ulang. Pada akhirnya kamu menyadari aku membosankan. Orang yang memutuskan untuk bersama berarti mereka saling mengimbagi kan? Dan itu yang tidak bisa kuberikan padamu. Kamu menemukan orang yang tidak pernah membuatmu bosan. Itu mudah saja bagimu. Menemukan orang baru adalah keahlianmu. Tapi tidak denganku. Aku yang sudah terlanjur bergantung padamu terus berusaha agar aku tidak hilang dari kehidupanmu sampai akhirnya aku menyadari kamu tidak melakukan hal yang sama. Dan aku lelah. AKu tidak meminta kita memiliki banyak waktu bersama atau terus bercengkerama. Aku hanya meminta kamu mengingatku saat hari-hari pentingmu dan saat hari-hari sedihmu. Tapi tidak. Aku hanya jadi penonton kamu melalui semua itu dengan orang lain.
Tidak apa-apa. Sekarang aku tidak ingin lagi terjerat dalam emosi yang menguras energi itu yang berarti aku tidak membencimu dan tidak pula berharap kamu mengingatku. Tidak apa-apa. Aku berterima kasih atas pelajaran yang telah kamu berikan, bahwa aku tidak boleh menggantungkan hidupku pada orang lain. Aku tidak mau lagi merasa memiliki agar aku tidak lagi merasakan ditinggal, dibuang dan kesepian. Semoga kamu selalu bahagia dengan hidupmu dan semoga juga aku begitu. Tetaplah sehat agar sesekali kamu menghubungiku saat tiba-tiba aku terlintas di benakmu. Tapi maaf mungkin aku tidak akan melakukan itu. Maaf egoku masih menguasai diriku. Maaf aku belum cukup dewasa untuk berlapang dada.
Aku berharap semoga suatu saat kita bisa bertemu dan mengingat kembali hari-hari menyenangkan kita yang dulu.
Komentar
Posting Komentar