Dulu dan Sekarang
Dulu ketika usiaku sekitar 8 atau 9 tahun aku takut pada langit malam. Setiap kali aku keluar malam bersepeda bersama Bapak aku akan memeluk erat pinggang Bapak dan memejamkan mata. Waktu itu melihat langit yang gelap apalagi kalau ada kilat merupakan hal yang menakutkan bagiku. Tapi kini saat usiaku 27 tahun aku bahkan menikmati pemandangan malam. Daripada langit malam, kini aku sangat takut pada manusia. Aku takut mereka menyakitiku dan aku takut akan menyakiti mereka.
Benar kita tumbuh dengan luka. Kita bertahan dengan luka. Kita belajar dengan luka. Tapi rasanya kini seluruh tubuhku sudah penuh dengan luka. Bagaimana bisa aku menerima luka lain jika tak ada satu pun luka di tubuhku yang kering? Haruskah aku berhenti agar aku tidak terluka? I just hate the fact that Im hurt and being hurting.
Aku ingin kembali menjadi anak kecil yang takut pada langit malam. Yang cukup dengan memejamkan mata ketakutanku bisa hilang. Tapi kini semakin aku memejamkan mata ketakutan itu semakin mengepungku. Aku ingin berhenti. Daripada disayat berkali-kali lebih baik aku ditusuk satu kali agar tidak perlu merasakan apapun lagi setelah itu.
Bolehkah aku seperti itu? Bolehkah aku egois?
Komentar
Posting Komentar