Me vs Universe

Hari ini aku mendengar lagu yang di dalamnya ada lirik seperti ini,"Tidak ada jaminan hidup itu mudah". Memang benar hidup itu tidak mudah. Ada hari-hari dimana aku merasa seakan semesta tak pernah berada di sisiku, memusuhiku dengan begitu kejamnya. Aku merasa benar-benar takut, bagaimana bisa semesta yang begitu besar memusuhiku yang seorang sendiri. Kenapa hidupku begitu berantakan? Kenapa jalanku begitu sulit dan panjang? Kenapa aku begitu tersisihkan dan terabaikan? Kenapa hanya sendu yang mengisi hari-hariku?
Setiap hari aku merasa begitu tertekan. Aku bertanya-tanya untuk apa ku hidup? Apa gunanya aku hidup? Yang kulakukan selama ini hanyalah menyakiti diriku sendiri dan orang-orang di sekitarku. Jujur aku lelah. Aku lelah terus berhadapan dengan semesta yang tak pernah mau berdamai denganku. I wanna stop. I really wanna stop right here. I can't go too far again. I am very tired. Can I stop?
Pikiran-pikiran seperti itu terus bersarang di kepalaku selama beberapa waktu. 
Aku tidak ingin hidup lagi.
Aku ingin memberikan hidupku kepada orang lain.
Kenapa orang seperti ku yang sudah tak punya hasrat untuk berjuang masih diberi kehidupan?
Kenapa mereka yang begitu ingin mewujudkan mimpi mereka diberi waktu yang sedikit?
Ingin sekali aku memberikan waktuku kepada mereka.
Toh buat apa aku hidup jika semesta sama sekali tak bersahabat denganku.
Setiap hari aku terus saja menangis.
Aku juga ingin menangis karena bahagia bukan meratapi nasib.
Aku benar-benar merasa sendiri. Sepi. Terkucilkan.
Lalu di saat-saat seperti itu, ada sebuah tangan yang terulur. Ada tangan yang menarikku ke dalam sebuah pelukan. Tangan itu menepuk-nepuk dengan halus di punggungku.
"It's okay. Everything will be allright."
Katanya, aku itu kuat. Aku tidak sendiri. Aku pasti bisa melewati semua ini. Aku masih punya orang-orang yang selalu sayang dan mendukungku. Ada Tuhan yang lebih besar dari semesta.
Aku ingin mempercayainya. I know, kind like that never will heal me. I still feel sick. Dadaku masih terasa begitu sesak. 
Aku tak tahu berapa banyak kata "Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu pasti bisa."
Meskipun mereka bilang akan selalu ada, tapi aku tetap merasa takut. 
Apa hanya aku orang sekarat di dunia ini? Obat apa yang akan menyembuhkanku?
Sampai kapan aku terus seperti ini.
Aku tetap tersenyum dan tak berbicara apa pun lagi di depan mereka hanya agar mereka tidak khawatir lagi, tapi sebenarnya aku masih sekarat.
Maaf, aku mungkin tak tahu diri, tak tahu berterima kasih. Seharusnya aku bersyukur untuk semua yang masih mendukung dan menyemangatiku, tapi mau bagaimana lagi, aku tetaplah masih sekarat. 
Tuhan , I feel like can't stand anymore.

Komentar